- Back to Home »
- Makalah Ilmu Budaya Dasar BAB 7
Posted by : Unknown
Kamis, 13 November 2014
BAB 7
MASYARAKAT PEDESAAN
DAN PERKOTAAN

Nama
: Maurin Nur Atria
NPM
: 16214490
Kelas
: 1EA35
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Bekasi, 12 November 2014
DAFTAR ISI
Daftar Isi...........................................................................................................
BAB I : Pendahuluan.......................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................
1.2 Perumusan Masalah.................................................................................
BAB II : Landasan Teori.................................................................................
BAB II : Landasan Teori.................................................................................
2.1 Masyarakat...............................................................................................
2.2 Masyarakat pedesaan...............................................................................
2.3 Ciri-Ciri Masyarakat Desa.......................................................................
2.4 Masyarakat Perkotaan..............................................................................
2.5 Perbedaan Masyarakat Desan dan Masyarakat Kota...............................
2.6 Urbanisasi.................................................................................................
2.7 Mobilitas Sosial........................................................................................
BAB III : Pembahasan.....................................................................................
3.1 Pembangunan Desa...................................................................................
3.2 Hakikat dan Sifat Masyarakat Pedesaan..................................................
3.3 Hubungan Masyarakat Desa dengan Kota..............................................
3.4 Akibat Urbanisasi
BAB IV : Kesimpulan....................................................................................
4.1 Hakikat dan Sifat Masyarakat Pedesaan..................................................
4.2 Hubungan Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota................................
4.3 Akibat-Akibat Urbanisasi.......................................................................
4.4 Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial.................
BAB V : Daftar Pustaka................................................................................
2.2 Masyarakat pedesaan...............................................................................
2.3 Ciri-Ciri Masyarakat Desa.......................................................................
2.4 Masyarakat Perkotaan..............................................................................
2.5 Perbedaan Masyarakat Desan dan Masyarakat Kota...............................
2.6 Urbanisasi.................................................................................................
2.7 Mobilitas Sosial........................................................................................
BAB III : Pembahasan.....................................................................................
3.1 Pembangunan Desa...................................................................................
3.2 Hakikat dan Sifat Masyarakat Pedesaan..................................................
3.3 Hubungan Masyarakat Desa dengan Kota..............................................
3.4 Akibat Urbanisasi
BAB IV : Kesimpulan....................................................................................
4.1 Hakikat dan Sifat Masyarakat Pedesaan..................................................
4.2 Hubungan Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota................................
4.3 Akibat-Akibat Urbanisasi.......................................................................
4.4 Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial.................
BAB V : Daftar Pustaka................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Banyak alasan pentingnya
membicarakan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Selain belum ada
kesepakatan umum tentang keberadaan masyarakat desa sebagai suatu pengertian
yang baku,juga kalau dikaitkan dengan pembangunan yang orientasinya banyak
dicurahkan kepedesaan,maka pedesaan memiliki arti tersendiri dalam kajian
struktur sosial atau kehidupanya. Dalam keadaan desa yang “sebenarnya”,desa
masih dianggap sebagai standard pemelihara system kehidupan bermasyarakat dan
kebudayaan asli seperti tolong menolong, keguyuban, persaudaraan,
gotong-royong, kesenian, kepribadian dalam berpakaian, adat-istiadat, kehidupan
moral-susila, dan lain-lain.
Orang kota membayangkan bahwa desa
ini merupakan tempat orang bergaul dengan rukun,tenang,selaras,dan akur.Akan
tetapi justru dengan berdekatan itulah mudah terjadi konflik atau persaingan
yang bersumber dari peristiwa kehidupan sehari-hari, hal tanah, perbedaan
antara kaum muda dan tua dan lain-lain.
Melihat dari berbagai aspek yang
ada, baik kita lihat secara langsung atau melalui media informasi, baik cetak
maupun media elektronik, bahwa betapa fenomena hidup yang ada pada masyarakat
pedesaan mulai mengalami pergeseran nilai, norma serta adat istiadat yang
tidak lagi dihiraukan oleh banyak penduduk desa yang ingin merasa kehidupannya
berubah, baik ekonomi maupun status sosialnya. Pernyataan-pernyataan inilah
yang ingin kami bahas dalam makalah yang ringkas dan singkat ini.
1.2 Perumusan Masalah
1. Mengapa pembangunan banyak dicurahkan kepedesaan?
2. Bagaimanakah hakikat
dan sifat masyarakat pedesaan?
3. Bagaimanakah hubungan
masyarakat desa dengan masyarakat kota?
4. Apakah akibat dari
urbanisasi?
5. Apakah faktor-faktor
Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1 Masyarakat
Dalam Bahasa Inggris disebut Society, asal
katanya Socius yang berarti “kawan”. Kata “Masyarakat” berasal dari
bahasa Arab, yaitu Syiek, artinya “bergaul”. Adanya saling bergaul ini
tentu karena ada bentuk – bentuk akhiran hidup, yang bukan disebabkan
oleh manusia sebagai pribadi melainkan oleh unsur – unsur kekuatan lain dalam
lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.
Menurut R.Linton:Seorang ahli antropologi mengemukakan,bahwa
masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan
bekerjasama,sehingga meraka ini dapat mengorganisasikan dirinya berfikir
tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
Sedangkan Selo Sumarjan mengatakan bahwa masyarakat adalah
orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.
Mengingat banyaknya definisi masyarakat, maka dapat diambil
kesimpulan, bahwa masyarakat adalah:
a. Manusia yang
hidup bersama.
b. Bercampur
untuk waktu yang lama.
c. Mereka sadar
bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
d. Mereka merupakan suatu
sistem hidup bersama.
2.2 Masyarakat Pedesaan
(masyarakat tradisional)
1. Pengertian
desa/pedesaan
Yang dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartohadi Kusuma
mengemukakan bahwa: Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal
suatu masyarakat pemerintahan tersendiri.
Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian desa
sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.3 Ciri-ciri masyarakat
desa
Adapun yang menjadi cirri-ciri masyarakat pedesaan antara
lain :
a. Di dalam
masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam
dan erat bila di bandingkan dengan masyarakat pedesaan lainya di luar
batas-batas wilayahnya.
b. Sistem kehidupan
umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan.
c. Sebagian besar
warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.
d. Masyarakat tersebut
homogen seperti dalam hal mata pencarian , agama, adat istiadat, dsb.
2.4 Masyarakat Perkotaan
1. Pengertian
kota/perkotaan
Kota menurut definisi universal adalah sebuah area urban
yang berbeda dari desa ataupun kampung berdasarkan ukuranya,kepadatan
penduduk,kepentingan atau status hukum.
Beberapa definisi (secara etimologis) “kota”dalam bahasa
lain yang agak tepat dengan pengertian ini,seperti dalam bahasa Cina,kota
artinya dinding dan dalam bahasa Belanda kuno,tuiin,bisa berarti pagar.Jadi
dengan demikian kota adalah batas.Selanjutnya masyarakat perkotaan sering
disebut juga urban community, Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada
sifat-sifat kehidupanya serta cirri-ciri kehidupanya yang berbeda dengan
masyarakat pedesaan.
2. Ciri-ciri mmasyarakat
kota
Ada beberapa ciri yamg menonjol pada masyarakat
kota.yaitu:
a. Kehidupan
keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.
b. Orang kota pada
umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung padaorang lain.
c. Pembagian kerja
diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang
nyata.
d. Kemungkinan-kemungkinan
untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada
warga desa.
e. Jalan pikiran
rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan,menyebabkan bahwa
interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada factor kepentingan
daripada factor pribadi.
f. Perubahan-perubahan
social tampak dengan nyata di kota-kota,sebab masyarakat kota biasanya lebih
terbuka dalam menerima hal-hal baru.
g. Jalan kehidupan cepat,
faktor waktu sangat penting.
2.5 Perbedaan Masyarakat Desa dan
Masyarakat Kota
Ada beberapa ciri yang dapat digunakan sebagai petunjuk
untuk membedakan antara desa dan kota.Antara lain sebagai berikut:
1. Kota memiliki
penduduk yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan desa.
2. Lingkungan hidup di
pedesaan sangat jauh berbeda dengan diperkotaan.Lingkungan pedesaan terasa
lebih dekat dengan alam bebas,udaranya bersih,sinar matahari cukup dan lain
sebagainya.Sedangkan dilingkungan perkotaan yang sebagian besar dilapisi beton
dan aspal,bangunan-bangunan menjulang tinggi dan pemukiman yang padat.
3. Kegiatan utama
penduduk desa berada di sector ekonomi primer yaitu bidang agraris(pertanian).
4. Corak kehidupan social
di desa dapat dikatakan masih homogin(satu jenis),sebaliknya di kota sangat
heterogin(beraneka ragam) karena disana saling bertemu berbagai suku
bangsa,agama,kelompok dan masing-masing memiliki kepentingan yang berlainan.
5. Sistem pelapisan
social di kota jauh lebih kompleks daripada di desa.
6. Mobilitas (kemampuan
bergerak) social di kota jauh lebih besar daripada di desa.
7. Bila terjadi
pertentangan,di usahakan untuk dirukunkan,karena memang prinsip kerukunan
inilah yang menjiiwai hubungan sosial pada masyarakat pedesaan.
8. Jumlah angkatan kerja
yang tidak mempunyai pekerjaan tetap di pedesaan jauh lebih besar daripada di
perkotaan.
2.6 Urbanisasi
Urbanisasi yaitu suatu proses
berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi
merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. (soekanto,1969:123 ).
Sebab-sebab Urbanisasi:
1. Faktor-faktor yang
mendorong penduduk desa untuk meninggalkan daerah kediamannya (Push
factors).
2. Faktor-faktor yang ada
dikota yang menarik penduduk desa untuk pindah dan menetap dikota (pull
factors).
Hal – hal yang termasuk push factor antara lain :
1. Lapangan kerja di desa
kurang.
2. Tempat rekreasi tidak
ada.
3. Penduduk desa,
terutama kaum muda, merasa tertekan oleh oleh adat istiadat yang ketat sehingga
mengakibatkan suatu cara hidup yang monoton.
4. Didesa tidak banyak
kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan.
5. Kegagalan panen yang
disebabkan oleh berbagai hal, seperti banjir, serangan hama, kemarau panjang,
dsb. Sehingga memaksa penduduk desa untuk mencari penghidupan lain dikota.
Hal – hal yang termasuk pull factor antara lain :
1. Penduduk desa
kebanyakan beranggapan bahwa dikota banyak pekerjaan dan lebih mudah
untuk mendapatkan penghasilan
2. Dikota lebih banyak
kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan rumah menjadi industri
kerajinan.
3. Pendidikan terutama
pendidikan lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih mudah didapat.
4. Kota dianggap
mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan tempat pergaulan
dengan segala macam kultur manusianya.
5. Kota memberi
kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol sosial yang ketat atau untuk
mengangkat diri dari posisi sosial yang
renda, (Soekanti,
1969 : 124-125 ).
2.7 Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial adalah gerak dalam
struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasai
suau kelompok sosial. Struktur sosial mencangkup sifat-sifat hubungan individu
dalam kelompok dan hubungan individu dengan kelompoknya(Soekanto,1999).
Mobilitas sosial dapat diklasifikasikan ke dalam 3 jenis:
1. Mobilitas Vertikal
Mobilitas Sosial Vertikal adalah perpindahan individu atau
objek sosial lain dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lain yang
tidak sederajat. Mobilitas sosial vertikal mengubah derajat kedudukan seseorang
atau objek sosial lain.
Mobilitas Sosial Vertikal ini terdiri dari 2 kategori:
a. Yang
naik(social-climbing)
b. Yang
turun(social-sinking)
2. Mobilitas Horizontal
Adalah peralihan
individu atau objek sosial lain dari suatu kelompok sosial ke kelompok lainnya
yang sederajat.
Contoh: Seseorang yang beralih kewarganegaraan, beralih
pekerjaan yang sederajat.
3. Mobilitas geografis
Adalah mobilitas yang mengacu pada pergerakan suatu kelompok
dari satu daerah geografis kedaera geografis lain.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pembangunan Desa
Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004
disebutkan pengertian desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang
diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Dari defenisi tersebut, sebetulnya
desa merupakan bagian vital bagi keberadaan bangsa Indonesia. Vital karena desa
merupakan satuan terkecil dari bangsa ini yang menunjukkan keragaman Indonesia.
Selama ini terbukti keragaman tersebut telah menjadi kekuatan penyokong bagi
tegak dan eksisnya bangsa. Dengan demikian penguatan desa menjadi hal yang tak
bisa ditawar dan tak bisa dipisahkan dari pembangunan bangsa ini secara
menyeluruh.
Memang hampir semua kebijakan
pemerintah yang berkenaan dengan pembangunan desa mengedepankan sederet tujuan
mulia, seperti mengentaskan rakyat miskin, mengubah wajah fisik desa,
meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat, memberikan layanan sosial
desa, sehingga memperdayakan masyarakat dan membuat pemerintahan desa lebih
modern. Sayangnya sederet tujuan tersebut mandek diatas kertas.
Karena pada kenyataannya desa
sekedar dijadikan obyek pembangunan, yang keuntungannya direguk oleh aktor yang
melaksanakan pembangunan di desa tersebut : bisa elit kabupaten, provinsi,
bahkan pusat. Di desa, pembangunan fisik menjadi indikator keberhasilan
pembangunan. Karena itu, Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang ada sejak
tahun 2000 dan secara teoritis memberi kesempatan pada desa untuk menentukan
arah pembangunan dengan menggunakan dana PPK, orientasi penggunaan dananyapun
lebih untuk pembangunan fisik. Bahkan, di Sumenep (Madura), karena kuatnya
peran kepala desa (disana disebut klebun) dalam mengarahkan dana PPK untuk
pembangunan fisik semata, istilah PPK sering dipelesetkan menjadi proyek para
klebun.
Menyimak realitas diatas, memang benar bahwa yang selama ini
terjadi sesungguhnya adalah “Pembangunan di desa” dan bukan pembangunan untuk,
dari dan oleh desa. Desa adalah unsur bagi tegak dan eksisnya sebuah bangsa
(nation) bernama Indonesia.
Kalaupun derap pembangunan merupakan sebuah program yang
diterapkan sampai kedesa-desa, alangkah baiknya jika menerapkan konsep
:”Membangun desa, menumbuhkan kota”. Konsep ini, meski sudah sering dilontarkan
oleh banyak kalangan, tetapi belum dituangkan ke dalam buku yang khusus dan
lengkap. Inilah tantangan yang harus segera dijawab.
3.2 Hakikat dan
Sifat Masyarakat Pedesaan
Seperti di kemukakan
para ahli atau sumber bahwa masyarakat Indonesia lebih dari 80% tinggal di
pedesaan dengan mata pencarian yang bersifat agraris atau bercocok tanam.
Masyarakat pedesaan yang agraris biasanya di pandang atau
dinilai secara sepintas oleh orang-orang kota sebagai masyarakat yang
rukun,tenang,selaras,akur dan damai. Akan tetapi sebetulnya ketenangan
masyarakat pedesaan itu hanyalah terbawa oleh sifat masyarakat itu, yang oleh
Ferdinand Tonies di istilahkan dengan masyarakat gemeinschaft (paguyuban). Hal
yang sebenarnya ada justru dengan berdekatan itulah mudah terjadi konflik atau
persaingan yang bersumber dari peristiwa kehidupan sehari-hari, hal tanah,
perkawinan,perbedaan antara kaum muda dan tua serta antara pria dan wanita.
Bayangan bahwa desa tempat ketentraman pada konstelasi tertentu ada benarnya,
akan tetapi yang nampak justru bekerja keraslah yang merupakan syarat pokok
agar dapat hidup di desa.
3.3 Hubungan
Masyarakat Desa dengan Kota
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas
yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar
diantara keduanya terdapat hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan, karena
diantara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada desa dalam memenuhi
kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan seperti beras, sayur-mayur , daging
dan ikan.
Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis-jenis
pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh bangunan dalam proyek-proyek
perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan
tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja musiman. Pada saat
musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan dibidang pertanian
mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota terdekat
untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia. Sebaliknya, kota
menghasilkan barang-barang yang juga diperlukan oleh orang desa
seperti bahan-bahan pakaian, alat dan obat pembasmi hama pertanian, minyak
tanah, obat-obatan untuk memelihara kesehatan dan transportasi.
Hal inilah yang membuat kawasan perkotaan menjadi
tumpang-tindih dengan kawasan perdesaan, nampaknya persoalan tersebut
sederhana, bukankah telah ada alat transportasi, pelayanan kesehatan, fasilitas
pendidikan, pasar, dan rumah makan dan lain sebagainya, yang mempertemukan
kebutuhan serta sifat kedesaan dan kekotaan.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang
kuat akan menang, karena itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota
makin berpengaruh dan makin menentukan kehidupan perdesaan.
Secara teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa
melalui beberapa cara, seperti:
1. Ekspansi kota
ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan dengan merubah atau
mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua kawasan perkotaan dengan
besaran dan kecepatan yang beraneka ragam;
2. Invasi kota ,
pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak kota baru sekitar
Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan lenyap atau hilang
dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan;
3. Penetrasi kota ke
desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses ini yang
sesungguhnya banyak terjadi;
4. ko-operasi kota-desa,
pada umumnya berupa pengangkatan produk yang bersifat kedesaan ke kota.
Dari keempat hubungan desa-kota tersebut kesemuanya
diprakarsai pihak dan orang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah
terjadi, oleh karena itulah berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan
pada umumnya dikaitkan dalam kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
3.4 Akibat
Urbanisasi
Hubungan antara desa dan kota
bersifat timbal balik dalam arti baik desa maupun kota keduanya saling
mempengaruhi. Salah satu wujud hubungan masyarakat desa dan masyarakat kota
adalah urbanisasi. Selanjutnya proses urbanisasi akan menimbulkan dampak lebih
jauh lagi baik di desa maupun di kota.
1. Dampak di kota
Adanya urbanisasi yang besar-besaran akan memberikan dampak
yang kurang baik di kota, antara lain:
a. Terbentuknya suburbanisasi
Sub urbanisasi adalah tempat-tempat pemukiman baru di
pinggiran kota yang diakibatkan oleh perluasan kota.
b. Makin meningkatnya
tuna karya atau pengangguran
Banyak sekali masyarakat desa yang datang ke kota tanpa
bekal yang cukup atau ketrampilan yang memadai sehingga dikotapun tidak
mendapatkan pekerjaan. Hal ini semakin menambah pengangguran dikota.
c. Makin
meningkatnya kejahatan dan kriminalitas.
Karena pengangguran makin meningkat, sementara kebutuhan
hidup makin mendesak banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Contoh: Pencurian, penipuan, perampokan dll.
d. pertambahan penduduk
kota yang pesat menimbulkan masalah perumahan.
2. Dampak di desa
Dampak urbanisasi tidak hanya terjadi di masyarakat kota
saja. Tapi juga sangat berpengaruh bagi masyarakat desa tempat para urban
berasla. Adapun dampaknya antara lain:
a. Berkurangnya
tenaga terampil dan terdidik di desa.
b. Produktivitas
pertanian di desa menurun.
c. Meningkatnya
tindak kriminalitas di kota menyebabkan penduduk kota mulai mengurangi penduduk
desa yang masuk.
d. Meningkatnya
pengangguran di kota dan juga di desa.
e. Sepinya penduduk
desa, menyebabkan berkurangnya penduduk
F. Faktor-faktor
Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial
1. Faktor Pendorong Mobilitas Sosial :
a. Faktor Struktural
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor struktural adalah sebagai berikut :
a) Struktur Pekerjaan
Disetiap masyarakat terdapat beberapa kedudukan tinggi dan rendah yang harus
diisi oleh anggota masyarakat yang bersangkutan
b) Perbedaan Fertilitas
Setiap masyarakat memiliki tingkat ferilitas (kelahiran) yang berbeda-beda.
Tingkat fertilitas akan berhubungan erat dengan jumlah jenis pekerjaan yang
mempunyai kedudukan tinggi atau rendah.
c) Ekonomi Ganda Suatu
negara mungkin saja menerapka sistem ekonomi ganda (tradisional dan modern),
contoh nya di negara-negara Eropa barat dan Amerika. Hal itu tentu akan
berdampak pada jumlah pekerjaan, baik yang bersetatus tinggi naupun rendah.
b. Faktor Individu
Faktor individu adalah kualitas seseorang , baik
ditinjau dari segi tingkat pendidikan, penampilan, maupun keterampilan pribadi.
Faktor Individu meliputi :
a) Perbedaan Kemampauan
Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Mereka yang cakap
mempunyai kesempatan dalam mobilitas sosial.
b) Orientasi Sikap
terhadap mobilitas Banyak cara yang di lakukan oleh para individu dalam
meningkatka prospek mobilitas sosialnya, antara lain melalui pedidikan,
kebiasaan kerja, penundaan kesenangan, dan memperbaiki diri.
c) Faktor kemujuran
Walaupun seseorang telah berusaha keras dalam mencapai tujuannya, tetapi kadang
kala mengalami kegagalan.
c. Faktor Ekonomi
Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas
sosial. Orang yang hidup dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan, misalnya
daerah tempat tinggal nya tandus dan kekurangan SDA, kemudian berpindah tempat
ke tempat yang lain atau ke kota besar. Secara sosiologis mereka dikatakan
mengalami mobilitasi.
d. Faktir Politik
Situasi Politik dapat menyebabkan terjadinya mobilitas
sosial suatu masyarakat dalam sebuah negara. Keadaan negara yang tidak menentu
akan mempengaruhi situasi keamanan yang bisa mengakibatkan terjadinya mobilitas
manusia ke daerah yang lebih aman.
e. Faktor Kependudukan (Demografi)
Faktor kependudukan biasanya menyebabkan mobilitas dalam
arti geografik. Di satu pihak, pertambahan jumlah penduduk yang pesa
mengakibatkan sempitnya tempat permukiman, dan di pihak lain kemiskinan yang
semakin merajalela. Keadaan demikian yang membuat sebagian warga masyarakat
mencari tempat kediaman lain.
2.Faktor penghambat mobilitas social
Ada beberapa faktor penting yang
justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain
sebagai berikut :
a. Kemiskinan
Faktor ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin,
mencapai status sosial tertentu merupakan hal sangat sulit
b. Diskriminasi Kelas
Sistem kelas terturup dapat menghalangi mobilitas ke atas, terbukti denga
adanya pembatasab keanggotaan suatu orgnisasi tertentu dengan berbagai syarat
dan ketentuan. seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras
berkulit putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang
berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa.
Sistem ini disebut Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela,
seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden Afrika Selatan
c. Perbedaan Ras
dan Agama Dalam sistem kelas tertutup dapat memungkinkan terjadinya mobilitas
vertikal ke atas. Dalam agama tidak dibenarka seseorang dengan sebebas-bebasnya
dan sekehendak hatinya berpindah-pindah agama sesuai keinginannya.
d. Perbedaan jenis
kelamin (Gender) Dalam masyarakat, pria di pandang lebih tinggi derajatnya dan
cenderung menjadi lebih mobil daripada wanita. Perbedaan ini mempengaruh dala
mencapai prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesempatan dalam
masyarakat.
e. Faktor Pengaruh
Sosialisasi yang Sangat kuat Sosialisasi yang sangat atau terlampau kuat dalam
suatu masyarakat dapat menghambat proses mobilitas sosial. Terutama berkaitan
dengan nilai-nilai dan adat yang berlaku.
BAB IV
KESIMPULAN
Pembangunan banyak
dicurahkan kepedesaan karena desa merupakan bagian vital bagi keberadaan
bangsa Indonesia. Vital karena desa merupakan satuan terkecil dari bangsa ini
yang menunjukkan keragaman Indonesia. Keragaman tersebut telah menjadi kekuatan
penyokong bagi tegak dan eksisnya bangsa. Dengan demikian penguatan desa
menjadi hal yang tak bisa ditawar dan tak bisa dipisahkan dari pembangunan
bangsa ini secara menyeluruh.
4.1 Hakikat dan sifat
masyarakat pedesaan
Seperti di kemukakan para ahli ataou sumber bahwa
masyarakat Indonesia lebih dari 80% tinggal di pedesaan dengan mata pencarian
yang bersifat agraris atau bercocok tanam dan mempunyai sifat-sifat yang hampir
sama (homogen).
4.2 Hubungan masyarakat
desa dengan masyarakat kota
Meskipun banyak sekali perbedaan antara masyarakat desa dan
kota,namun diantara kedua komponen tersebut memiliki hubungan yang
signifikan,artinya kehidupan perekonomian di kota tidak akan berjalan dengan
baik apabila tidak ada pasokan tenaga atau barang dari desa,begitu juga
sebaliknya.
4.3 Akibat-akibat Urbanisasi:
1) Dampak di kota
a. Terbentuknya suburbanisasi
Sub urbanisasi adalah tempat-tempat pemukiman baru di pinggiran
kota yang diakibatkan oleh perluasan kota.
b. Makin meningkatnya
tuna karya atau pengangguran
Banyak sekali masyarakat desa yang datang ke kota tanpa
bekal yang cukup atau ketrampilan yang memadai sehingga dikotapun tidak
mendapatkan pekerjaan. Hal ini semakin menambah pengangguran dikota.
c. Makin
meningkatnya kejahatan dan kriminalitas.
Karena pengangguran makin meningkat, sementara kebutuhan
hidup makin mendesak banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Contoh: Pencurian, penipuan, perampokan dll.
d. pertambahan penduduk
kota yang pesat menimbulkan masalah perumahan.
2) Dampak di desa
a. Berkurangnya tenaga terampil dan
terdidik di desa.
b. Produktivitas pertanian di desa menurun.
c. Meningkatnya tindak kriminalitas
di kota menyebabkan penduduk kota mulai mengurangi penduduk desa yang masuk.
d. Meningkatnya pengangguran di kota dan
juga di desa.
e. Sepinya penduduk desa, menyebabkan
berkurangnya penduduk
4.4 Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial
1. Faktor Pendorong Mobilitas Sosial :
1) Faktor Struktural
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor struktural adalah sebagai berikut :
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor struktural adalah sebagai berikut :
a. Struktur
Pekerjaan Disetiap masyarakat terdapat beberapa kedudukan tinggi dan rendah
yang harus diisi oleh anggota masyarakat yang bersangkutan
b. Perbedaan Fertilitas
Setiap masyarakat memiliki tingkat ferilitas (kelahiran) yang berbeda-beda.
Tingkat fertilitas akan berhubungan erat dengan jumlah jenis pekerjaan yang
mempunyai kedudukan tinggi atau rendah.
c. Ekonomi Ganda
Suatu negara mungkin saja menerapka sistem ekonomi ganda (tradisional dan
modern), contoh nya di negara-negara Eropa barat dan Amerika. Hal itu tentu
akan berdampak pada jumlah pekerjaan, baik yang bersetatus tinggi naupun
rendah.
2) Faktor Individu
Faktor individu adalah kualitas seseorang , baik
ditinjau dari segi tingkat pendidikan, penampilan, maupun keterampilan pribadi.
Faktor Individu meliputi :
a. Perbedaan
Kemampauan Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Mereka yang
cakap mempunyai kesempatan dalam mobilitas sosial.
b. Orientasi Sikap
terhadap mobilitas Banyak cara yang di lakukan oleh para individu dalam
meningkatka prospek mobilitas sosialnya, antara lain melalui pedidikan,
kebiasaan kerja, penundaan kesenangan, dan memperbaiki diri.
c. Faktor kemujuran
Walaupun seseorang telah berusaha keras dalam mencapai tujuannya, tetapi kadang
kala mengalami kegagalan.
3) Faktor Ekonomi
Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas
sosial. Orang yang hidup dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan, misalnya
daerah tempat tinggal nya tandus dan kekurangan SDA, kemudian berpindah tempat
ke tempat yang lain atau ke kota besar. Secara sosiologis mereka dikatakan
mengalami mobilitasi.
4) Faktor Politik
Situasi Politik dapat menyebabkan terjadinya mobilitas sosial
suatu masyarakat dalam sebuah negara. Keadaan negara yang tidak menentu akan
mempengaruhi situasi keamanan yang bisa mengakibatkan terjadinya mobilitas
manusia ke daerah yang lebih aman.
5) Faktor Kependudukan
(Demografi)
Faktor kependudukan biasanya menyebabkan mobilitas dalam
arti geografik. Di satu pihak, pertambahan jumlah penduduk yang pesa
mengakibatkan sempitnya tempat permukiman, dan di pihak lain kemiskinan yang
semakin merajalela. Keadaan demikian yang membuat sebagian warga masyarakat mencari
tempat kediaman lain.
2. Faktor penghambat mobilitas sosial
Ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut :
1) Kemiskinan Faktor
ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin, mencapai
status sosial tertentu merupakan hal sangat sulit.
2) Diskriminasi Kelas
Sistem kelas terturup dapat menghalangi mobilitas ke atas, terbukti denga
adanya pembatasab keanggotaan suatu orgnisasi tertentu dengan berbagai syarat
dan ketentuan. seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras
berkulit putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang
berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa.
Sistem ini disebut Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela,
seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden Afrika Selatan.
3) Perbedaan Ras dan
Agama Dalam sistem kelas tertutup dapat memungkinkan terjadinya mobilitas
vertikal ke atas. Dalam agama tidak dibenarka seseorang dengan sebebas-bebasnya
dan sekehendak hatinya berpindah-pindah agama sesuai keinginannya.
4) Perbedaan jenis kelamin (Gender) Dalam masyarakat, pria di pandang lebih tinggi derajatnya dan cenderung menjadi lebih mobil daripada wanita. Perbedaan ini mempengaruh dala mencapai prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesempatan dalam masyarakat.
5) Faktor Pengaruh
Sosialisasi yang Sangat kuat Sosialisasi yang sangat atau terlampau kuat dalam
suatu masyarakat dapat menghambat proses mobilitas sosial. Terutama berkaitan
dengan nilai-nilai dan adat yang berlaku.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Arif
R, Y.C.N. Sutarini dan Murtamadji. 2004. Sosiologi. Klaten: PT Macanan
Jaya
Cemerlang
Ismawati, Esti. 2012. Ilmu Sosial Budaya
Dasar. Yogyakarta: Ombak
Soelaeman, M.Munandar. 2008. Ilmu Sosial
Dasar. Bandung: PT.Refika Aditama