- Back to Home »
- Makalah Ilmu Budaya Dasar BAB 8
Posted by : Unknown
Minggu, 23 November 2014
Segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“Pertentangan-Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat” ini dengan baik dan
lancar.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.
Dalam makalah ini akan dibahas hal-hal yang menyangkut tentang perbedaan
kepentingan, prasangka dan diskriminasi, Ethnosentrisme dan stereotype, konflik
dalam masyarakat, serta integrasi masyarakat dan nasional. Maka dari itu
makalah ini cocok dibaca oleh kalangan mahasiswa maupun masyarakat umum yang
cinta terhadap persatuan dan kesatuan sebagai warga negara Indonesia.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari
kekurangan. Oleh sebab itu saya sangat berharap dapat menerima kritik dan saran
dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Bekasi, 23 November 2014
DAFTAR ISI
Daftar isi
BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang...............................................................................................
1.2 Rumusan
Masalah.........................................................................................
1.3 Tujuan
Pembahasan.......................................................................................
BAB II : Pembahasan
2.1 Perbedaan
Kepentingan................................................................................
2.2 Prasangka dan Diskriminasi.........................................................................
2.3 Etnhosentrisme
Stereotype...........................................................................
2.4 Konflik dalam
Masyarakat...........................................................................
2.5 Integrasi Masyarakat dan
Nasional..............................................................
BAB III : Studi Kasus
BAB IV : Penutup
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................
4.2 Daftar Pustaka..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1 1.1 Latar Belakang
Setiap tingkah laku individu satu dengan individu lain pasti berbeda.
Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kepentingannya.
Tapi apabila gagal dalam memenuhi kepentingannya akan banyak menimbulkan
masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Dan suatu hal yang saling
berkaitan, apabila seorang individu mempunyai prasangka dan akan cenderung
membuat sikap untuk membeda-bedakan. Maka akan terjadi sikap bahwa kebudayaan
dirinya lebih baik daripada kebudayaan orang lain, sehingga timbullah konflik
yaitu berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang
disertai dengan ancaman atau kekerasan.
Di dalam kelompok masyarakat Indonesia, konflik dapat disebabkan karena
faktor harga diri dan kebanggaan kelompok terusik, adanya perbedaan pendirian
atau sikap, perbedaan kebudayaan, benturan kepentingan (politik, ekonomi,
kekuasaan). Adat kebiasaan dan tradisi yang hidup dalam masyarakat merupakan
tali pengikat kesatuan perilaku di dalam masyarakat. Suatu kelompok yang ada
dalam keadaan konflik yang berlangsung lama biasanya mengalami disintegrasi.
Dan untuk menyelesaikan semua itu melalui integrasi masyarakat. Integrasi dapat
berlangsung cepat atau lambat karena dipengaruhi oleh faktor homogenitas
kelompok, besar kecilnya kelompok, mobilitas geografis, dan efektifitas
komunikasi.
1.2 Rumusan
Masalah
1 . Apa saja yang terjadi di dalam
masyarakat?
2 . Mengapa permasalahan itu terjadi?
3 . Apa yang bisa mengendalikan sehingga
permasalahan bisa selesai?
1.3 Tujuan
Pembahasan
1 . Mengetahui masalah apa saja yang
terjadi di dalam masyarakat.
2 . Mengetahui yang melatarbelakangi
permasalahan itu muncul.
3 . Masyarakat bisa menghindari
terjadinya permasalahan.
BAB II
PEMBAHASAN
PERTENTANGAN-PERTENTANGAN SOSIAL
DAN INTEGRASI MASYARAKAT
2.1 Perbedaan
Kepentingan
Kepentingan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Tingkah
laku individu merupakan cara atau alat dalam memenuhi kepentingannya. Ada
2 jenis kepentingan dalam diri individu yaitu kepentingan untuk memenuhi
kebutuhan biologis dan sosial/psikologis. Perbedaan kepentingan itu antara
lain:
1 . Kepentingan individu
untuk memperoleh kasih sayang.
2 . Kepentingan individu
untuk memperoleh harga diri.
3 . Kepentingan individu
untuk memperoleh penghargaan yang sama.
4 . Kepentingan individu
untuk memperoleh potensi dan posisi.
5 . Kepentingan individu
untuk membutuhkan orang lain.
6 . Kepentingan individu
untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya.
7 . Kepentingan individu
untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
8 . Kepentingan individu
untuk memperoleh kemerdekaan diri.
2.2 Prasangka
dan Diskriminasi
Prasangka dan diskriminasi dua hal yang ada relevansinya. Kedua tindakan
tersebut dapat merugikan pertumbuhan, perkembangan, dan bahkan integrasi
masyarakat. Kerugian prasangka melalui hubungan pribadi dan akan menjalar
bahkan melembaga (turun-temurun). Jadi prasangka dasarnya pribadi dan dimiliki
bersama. Perbedaan terpokok antara prasangka dan diskriminatif adalah prasangka
menunjukkan pada aspek sikap, sedangkan diskriminatif pada tindakan. Sikap
adalah kecenderungan untuk berespons baik secara positif atau negatif terhadap
orang, obyek atau situasi.
Dalam konteks realitas, prasangka diartikan: “Suatu sikap terhadap
anggota kelompok etnis atau ras tertentu, yang terbentuk terlalu cepat tanpa
suatu induksi. Diskriminatif merupakan tindakan yang realistis”. Dapat
disimpulkan bahwa prasangka itu muncul sebagai akibat kurangnya pengetahuan,
pengertian dan fakta kehidupan, adanya dominasi kepentingan golongan atau
pribadi, dan tidak menyadari atau insyaf akan kerugian yang bakal
terjadi. Tingkat prasangka itu menumbuhkan jarak sosial tertentu di antara
anggota sendiri dengan anggota kelompok luar.
Sebab-sebab terjadinya prasangka:
1. Pendekatan Historis
Pendekatan ini berdasarkan teori pertentangan kelas, menyalahkan kelas
rendah di mana mereka yang tergolong kelas atas mempunyai alasan untuk
berprasangka terhadap kelas rendah
2. Pendekatan Sosiokultural dan Situasional
a. Mobilitas sosial: gerak
perpindahan dari strata satu ke strata sosial lainnya. Artinya kelompok orang
yang mengalami penurunan status akan terus mencari alasan mengenai nasib
buruknya.
b. Konflik antara kelompok: prasangka
sebagai realitas dari dua kelompok yang bersaing.
c. Stagma perkantoran:
ketidakamanan atau ketidakpastian di kota disebabkan oleh “noda” yang dilakukan
oleh kelompok tertentu.
d. Sosialisasi: prasangka muncul
sebagai hasil dari proses pendidikan, melalui proses sosialisasi mulai kecil
hingga dewasa.
3. Pendekatan Kepribadian
Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab prasangka,
disebut dengan frustasi agresi. Menurut teori ini keadaan frustasi merupakan
kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif.
4. Pendekatan Fenomenologis
Pendekatan ini ditekankan pada bagian individu memandang atau
mempersepsikan lingkungannya, sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka.
5. Pendekatan Naïve
Bahwa prasangka lebih menyoroti obyek prasangka tidak menyoroti individu
yang berprasangka.
Prasangka bisa diartikan sebagai suatu sikap yang terlampau tergesa-gesa
berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifat berat sebelah dan
dibarengi proses simplifikasi (terlalu menyederhanakan terhadap suatu realita).
Sikap berprasangka jelas tidak adil, sebab sikap yang diambil hanya berdasarkan
pada pengalaman atau apa yang di dengar.
2.3 Etnhosentrisme
Stereotype
Ethnosentrisme yaitu sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan orang
lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran kebudayaan sendiri. Sikap ini dianggap
bahwa kebudayaan dirinya lebih unggul dari kebudayaan lainnya.
Stereotype yaitu gambaran dan ajakan ejek. Stereotype diartikan sebagai
tanggapan mengenai sifat-sifat dan waktu pribadi orang atau golongan lain yang
bercorak negatif sebagai akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang
subyektif.
2.4 Konflik
dalam Masyarakat
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi
tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misal kebencian atau permusuhan.
Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu sampai
kepada lingkup yang luas, yakni masyarakat:
a. Pada taraf di dalam diri seseorang,
konflik menunjuk pada adanya pertentangan atau emosi-emosi dan
dorongan-dorongan antagonistic di dalam diri seseorang.
b. Pada taraf kelompok,
konflik-konflik ditimbulkan dari konflik-konflik yang terjadi dalam diri
individu dari perbedaan-perbedaan anggota kelompok dalam tujuan, nilai, norma
serta minat untuk menjadi anggota kelompok.
c. Pada taraf masyarakat, konflik
bersumber pada perbedaan nilai dan norma kelompok dengan nilai dan norma
kelompok lain.
Tipe konflik ini timbul dari proses-proses yang tidak rasional dan
emosional dari pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Upaya untuk memecahkan
konflik selalu timbul selama berlangsungnya kehidupan suatu kelompok, namun
terdapat perbedaan-perbedaan di dalam sifat dan intensitas konflik pada
berbagai tahap perkembangan kelompok.
Adapun cara-cara pemecahan konflik sebagai berikut:
1. Elimination: Pengunduran diri salah
satu pihak yang terlibat di dalam konflik.
2. Subjugation atau Domination: Orang
atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain
untuk mentaatinya.
3. Majority Rule: Suara terbanyak yang
ditentukan dengan voting, akan menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan
argumentasi.
4. Minority Consent: Kelompok
mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan, dan
menerima keputusan serta sepakat untuk melakukan kegiatan bersama.
5. Compromise (Kompromi): Kedua atau
semua sub kelompok yang terlibat di dalam konflik, berusaha mencari dan
mendapatkan jalan tengah.
6. Integration: Pendapat-pendapat yang
bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan ditelaah kembali sampai
kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak.
Usaha-usaha untuk menghindari perbedaan-perbedaan dan untuk memendam
konflik-konflik, tidak pernah berhasil dalam waktu yang lama. Kesatupaduan di
dalam perbedaan-perbedaan merupakan suatu nilai yang menghargai perbedaan, yang
menggunakan perbedaan-perbedaan tersebut untuk memperkuat kelompok.
2.5 Integrasi
Masyarakat dan Nasional
Integrasi masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari seluruh
anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga, dan
masyarakat secara keseluruhan. Integrasi masyarakat akan terwujud apabila
mampu mengendalikan prasangka yang ada di dalam masyarakat, sehingga tidak
terjadi konflik.
Dalam memahami integrasi masyarakat, kita juga mengenal integrasi
nasional, yaitu organisasi-organisasi formal yang melalui mana masyarakat
menjalankan keputusan-keputusan yang berwenang. Untuk terciptanya integrasi
nasional, perlu adanya suatu jiwa, asas spiritual, solidaritas yang besar.
Perlu dicari bentuk-bentuk akomodatif yang dapat mengurangi konflik sebagai
akibat dari prasangka, yaitu melalui 4 sistem:
1. Sistem budaya seperti
nilai-nilai Pancasila dan UUD 45.
2. Sistem sosial seperti
kolektiva-kolektiva sosial dalam segala bidang.
3. Sistem kepribadian
yang terwujud sebagai pola-pola penglihatan, perasaan, pola-pola penilaian yang
dianggap pola keindonesiaan.
4. Sistem organik
jasmaniah, di mana nasion tidak didasarkan atas persamaan ras.
Untuk mengurangi prasangka ke-4 sistem itu harus dibina, dikembangkan
dan memperkuatnya sehingga perwujudan nasion Indonesia tercapai.
BAB III
STUDI KASUS
Tahun 2012 Masih Rentan Konflik Sosial
JAKARTA, KOMPAS.com
Gerakan radikalisme dan konflik sosial diprediksi masih akan terus terjadi pada tahun-tahun mendatang. Pada tahun 2012, pemerintah dan khususnya aparat keamanan, harus mewaspadai terjadinya aksi radikalisme yang terdiri dari konflik-konflik sosial dan kekerasan atas nama agama.
Demikian diungkapkan Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Lazuari Birru, Dhyah Ruth, Jumat (3/2/2012) di Jakarta. Menurut Dhyah, radikalisme yang terkait dengan konflik-konflik sosial bersumber dari deprivasi ekonomi, yaitu perasaan terpinggirkan secara ekonomi.
Selain itu, menurut Dhyah, karena adanya perasaan kalangan masyarakat yang teralienasi, yaitu perasaan terasing hidup di lingkungan sendiri. Lalu, adanya perasaan terancam dari kelompok masyarakat, yaitu perasaan bahwa posisinya dilemahkan atau tertekan.
Kelompok radikal, kata Dhyah, berpotensi besar melakukan infiltrasi terhadap konflik-konflik sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Isu-isu marginalisasi, kesenjangan ekonomi, dan kemiskinan, tetap menjadi fokus kampanye kelompok radikal.
Selain itu, pertentangan kelas juga menjadi isu yang sangat mudah dimanfaatkan kelompok-kelompok tertentu untuk menyulut kekerasan. Misalnya, buruh dengan pengusaha atau petani dengan pengusaha agrobisnis atau perkebunan.
Dhyah mengungkapkan, dari survei indeks radikalisme Lazuardi Birru tahun 2011, kelompok pekerjaan petani, nelayan dan peternak memiliki indeks kerentanan tertinggi, yaitu 46,4. Kemudian, kelompok pengangguran memiliki skor indeks kerentanan 44,8, dan kelompok buruh dan pekerjaan serabutan mencapai 43.9.
“Skor itu berada di atas titik aman, yaitu 33,3. Skor 0 menunjukkan tidak radikal dan skor 100 menunjukkan sangat radikal,” jelasnya
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Di setiap masyarakat pasti muncul pertentangan-pertentangan atau
permasalahan-permasalahan, di antaranya:
1. Perbedaan
Kepentingan: ada 2 kepentingan dalam diri individu, yakni kepentingan biologis
dan kepentingan sosial/psikologis.
2. Prasangka dan
Diskriminatif: prasangka yang menunjukkan aspek sikap sedangkan diskriminatif
pada tindakan.
3. Ethnosentrisme dan
Stereotype Ethnosentrisme : kebudayaan dirinya lebih unggul dari kebudayaan
lainnya.Stereotype :
gambaran dan anggapan jelek.
4. Konflik dalam
kelompok: Suatu tingkah laku yang dibedakan emosi tertentu yang sering
dihubungkan dengannya.
Cara pengendalian dari permasalahan-permasalahan di atas, yaitu melalui
integrasi masyarakat dan nasional, yang mengandung pengertian:
1. Integrasi Masyarakat :
adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat.
2. Integrasi
Nasional : organisasi-organisasi formal
melalui mana masyarakat menjalankan keputusan-keputusan yang berwenang.
4.2 DAFTAR PUSTAKA
M. Munandar, Soelaiman, Ilmu Sosial Dasar.
Ahmadi, Abu, Ilmu Sosial Dasar.